14.56 -
No comments
No comments
"hai"
“ hai,?” lama gue pandangi lamat-lamat
kata itu, setelah gue kirim di line chat setengah jam yang lalu, sambil
menduga-duga balasan apa yang akan tertulis dilayar handphone gue nanti,
berharap ada yang berubah dalam kehidupan gue, jika ada yang sekedar mau jadi
pasangan diri ini, hiks. tapi lama menunggu dongo sampai nggak terhitung lagi
sudah berapa kali gue berguling sana sini dikamar yang mengatup segala tentang
diri gue, tapi tak kunjung ada barisan kata-kata disana, jangankan barisan,
satu kata aja nggak ada, titik pun nggak ada, kenapa? Padahal jelas disana ada
tanda kalau dia lagi online, mungkin dia nggak menyadarinya, lalu gue kirim
satu kata yang sama untuk kesekian kalinya, genap sudah empat kata yang sama
berderet meminta perhatian dan balasan, tapi tetap saja nggak ada respon, maka
dimulailah gambaran-gambaran aneh tentang diri gue, sekelumit pendapat-pendapat
yang seakan dipaksa masuk didalam otak dan meminta untuk dibenarkan, apa foto
profil gue kurang greget? Prasaan bagus, pose senyum merekah dengan bibir sok dikerut-kerutin, jujur pose
itu susah banget, butuh 2 jam gue bercermin, cocok-cocokin bibir, sumpah itu
sudah mirip kayak orang stroke, kurang busa-busanya doang. Tuh pose juga update
banget, nggak ada yang salah. Apa karena
gue jelek?, gue nggak jelek tuh, cuman kurang cakep aja. Iya kan?
Jleb, sakitnya minta ampun, Cuma karena
kata hai yang tidak dibalas-balas, gue mencap diri sendiri kurang cakep? Iya
sih, kurang cakep. Apalagi coba alasannya chat tidak dibalas, ke toilet? Lagi
buat apa di toilet setengah jam lebih? Bersihin toilet? Mungkin juga sih iya,
tapi kemungkinannya kecil, lagian tadi pas aku cek, dia update status di
timeline 5 menit yang lalu. Atau lagi makan? Apasih susahnya mengetik sekedar
tiga huruf sebagai pelipur perasaan yang menunggu ini.
Nggak enak, lalu kenapa gue harus
berada dalam situasi ini? Bebal menunggu
lama gue tinggal aja chat tak berbalas itu, perlu seribu alasan untuk meninggalkan
kisah hai itu. Gue bosen dan beranjak pergi dari kasur sekedar nyari minum,
haus dari tadi nunggu nggak minum-minum, ambil segelas air trus balik lagi ke
kamar, lalu gue tenggak minuman ditangan sambil liat handphone
“PFRUUUUUFFFT…..apa nih?” layar hanphone gue basah kuyup, tp bodo ah, tak
disangka chat gue berbalas, ada kata, “hai jg” huaaah senengnya, tapi kok males
amat ngetiknya ya?, sudah lah yang penting dibalas, kalo ada respon mah bisa
lanjut lagi nih. Guling sana guling sini..
gue:
“gue suka kamu nih” koplak banget, baru chat dibalas “hai jg” udah bilang suka
sama dia.. efek kesenengan nih, plus kepedean,
dia:
“haha” itu doang? Haha?, gue juga bisa bilang haha sampai muntah-muntah
gue:
seriusan nih
dia:
“terima kasih” ini dia gila apa blo’on sih, gue kan nggak ngasi apa-apa, lah
bilang terima kasih, dari sini gue mulai ragu sama dia, selingan itu gue buka
profilnya, liat status-status sebelumnya, gue hayati satu demi satu, satu
demi…satu, nih anak rada galau juga ya, sedih amat hidupnya, frustasi semua,
tapi okelah, untuk itulah gue ada buat elo beibeh, akan ku warnai
kehidupan-kehidupanmu dengan… dengan? Dengan apa ya.. dengan
kesedihan-kesedihan lainnya.
Gue chat lagi, takut dia nunggu lama.
Gue:
“sebenernya, gue udah suka sama loe sejak pandangan pertama, lewat foto
profil.. seriusan deh, loe cantik”.
Dia:
“oh, ya?” sedih banget, gue nulis panjang-panjang, dia pendek-pendek, maunya
apasih. Jutek amat, emang setiap cewek cantik gituh ya, serasa dunia bertekuk
lutut dihadapannya, itu kampret banget.
Emosi.
Gue buka profilnya lagi, ada foto profil kecil yang nyempil di sudut kiri sana,
cantik sih, tapi seumur-umur gue belom pernah perbesar foto profilnya liat
jelas mukanya gimana, dan gue “klik”
*hening*
“ohhh…
ampun..ampun, ampuuun..ampuuuuuun sumpah, tulungin gue, auh..auh, mata gue
sakit, ini gimana cara closenya, perih tuhan, mataku perih” gue terdiam dikamar
setelah ngelempar hape kesisi lain kasur, gue bingung, pandangan gue kosong
kelangit-langit kamar, inikah? Inikah yang disebut “jatuh cinta pada foto
profile pertama, dan muntah pada zoom kedua”.
0 comments:
Posting Komentar