06.17 -
No comments
No comments
Pernikahan Dini
Kemarin waktu ke Bone ketemu sama
Nuri. Itu saat gue berkunjung di rumahnya, biasa lah silaturahmi ke tetangga. Waktu
itu gue datang dengan lima orang teman selain gue. Pas liat pertama kali keluar
dari dapur, Nuri udah berubah banget, gak nyangka doi udah se-cantik sekarang,
dulu masih cumal, ingus kemana-mana, mata belekan, rambut kerunyul-kerunyul
(dulu sampo masih pake sabun mandi) tapi sekarang cantik beudh.
Gue
yang duduk unyu bersama teman yang lain bercengkrama, eh pernah liat ceritanya
putri salju, saat itulah gue menjadi pangeran yang menanti datangnya sang Nuri
turun dengan anggunnya menuruni tangga membawa teh manis dan beberapa kue
mentega, kita bertatap-tatapan mencoba mencari arti disetiap diamnya lewat mata
saja, tapi sayang tepat jam 9 pagi hujan turun Membawa Nuri dengan terburu-buru
keluar menyelamatkan cuciannya dan meninggalkan satu pasang sandal jepit rumah,
hanya itu yang Nuri tinggalkan buat pangeran ini. *lupakan, gue tau ini salah*.
Nuri
duduk tepat didepan gue sambil menyuguhkan teh manis. Ihh kok Nuri tau ya
minuman kesukaan gue, belakangan gue tau semua tamu dikasi teh manis *DAMN*.
Kemudian kami pun ngobrol-ngobrol, dimulai dari gue
“haha, Nuri, apa
kabar?,itu nambah cantik aja” kata gue dengan girangnya, dan Nuri pun menjawab
“kabar gue baik, oh
bener tambah cantik?” kata Nuri sambil memegang pipinya dengan malu “Isal juga,
dari dulu mukanya masih begitu” lanjut Nuri, mendengar jawabannya membuat gue
rada bingung,
“amm maksudnya
begitunya apa, Nuri?”
Nuri terlihat serius
memikirkan dengan matang tentang apa yang akan dikeluarkan dari mulutnya, pasti
benarlah adanya apa yang akan dikatakannya dan Nuri berkata
“tetep jelek, hhaha”
katanya sambil tertawa, dengar itu gue shock, teh manis diatas meja gue siramin
ke mukanya biar melepuh, sayang itu cuman ada di kepala gue doang, dan respon
gue cuman senyum kecut yang gue berikan. Melihat expresi gue teman-teman
menertawai atas apa yang terjadi untuk sekian menit kedepan, melihat situasi
gue harus mengalihkan topic dan gue pun berkata
“oea, Nuri masih
inget nggak waktu SD dulu? kita pernah nikah” kata gue semangat membuat kening
Nuri mengkerut
“iya mang?” dengan
polosnya Nuri berkata .
Bukankah itu
menyakitkan, kenangan yang gue anggap indah itu cuman gue doang yang inget
,hiks.
“iya, kelas 4?
Belakang WC? Bunga ilalang? Bau kencing? Inget gak?”kata gue, tapi Nuri hanya
menggelengkan kepala tanda Nuri inget (maunya gue dia inget), gue hanya mencoba
ikhlas
“gitu ya” lemes
selemes lemesnya gue ngomong.
Memang
sih itu udah lama banget sejak kelas 4 SD, itu udah berapa tahun ya..
1..2..3..4..5..6 udah 70 tahunan lah, dikira-kirain aja, saat itu hari cerah
cocok untuk melangsungkan pernikahan main-main, ada 2 pernikahan saat itu,
temen gue yang namanya Lukman yang memang sekarang udah nikah, dan satu-nya
lagi itu gue dan memang masih tetep jomblo, pasangan di pilih dengan suara
terbanyak entah siapa yang memulai sehingga Nuri-lah menjadi pasangan gue. Rese-rese
sejadi jadinya deh, gue udah serasa orang dipaksa nikah atas pilihan orang tua,
masa iya Nuri yang cumal itu dengan gue, tapi tetap saja pernikahan itu
dilangsungkan dengan khidmat.
Tak
perlu ramai, acaranya dihadiri keluarga kecil aja, keluarga boongan pastinya,
masa iya emak gue datang ke sekolah atas undangan yang disebar, itu udah jadi
nikah beneran, bisa-bisa sekarang gue udah punya kesebelasan anak.
Warga
kelas 4 adalah saksinya , cukup dibelakang WC pun udah jadi tak perlu di
gedung-gedung megah, akibatnya bau kencing dimana-mana hasil dari perbuatan
siswa-siswa yang bermunajat di WC tanpa menyiramnya. Ditandai dengan bunga
ilalang yang gue berikan ke-Nuri maka lengkaplah pernikahan hari itu, gue yang
digendong Nuri diarak mengelilingi lapangan sekolah, meskipun gue gak ikhlas
nikahnya tapi tetep tawa itu ada saat pernikahan itu berlangsung. Sejak
pernikahan itu hari-hari gue beruba drastis, dulunya gue masuk kelas yang gak
dianggap dikelas berubah seketika, contohnya saat pagi masuk kelas “Cie..cie
istri lu mana Sal? Pisah ranjang ya? Kok gak barengan?” ya gue cuman bisa
respon “iya, pisah ranjang, gue pulangin ke orang tuanya soalnya Nuri gue ajak
malam pertama kemarin dia gak mau, dassar istri tak patuh suami” dan gue
berlalu masuk kelas melihat wajah teman-teman gue menatap kosong kedepan,
maklum gue sering nonton FTV hehe., tapi hari-hari kami berdua lalui dengan
kuat sampai kita tamat SD, dan gue pindah ke daerah orang lain, sejak saat itu
kita gak berhubungan lagi, saat yang lama membunuh kisah kita berdua, pikiran
gue sih, orang tuanya mencuci otak anakanya karena stress ditinggal suami, jadi
dihipnotis melupakan apa yang telah terjadi..ya kayaknya gitu..gue yakin.
Gue
yang terdiam menatap Nuri didepanku bercanda dengan teman-teman yang lain
berfikir bahwa memang waktu udah merubah banyak dari sisi Nuri, dari yang
dulunya jelek sekarang cantik beudh, kecuali gue yang dulunya jelek, sekarang
masih, malah masih bersambung. Tak terkecuali dengan ingatan Nuri juga berubah,
melupakan pernikahan kita #kecewa.
“hoi..ngelamun aja,
pake liat daerah dada gue lagi, ihh muka mesum, otak juga mesum :P” kata Nuri
mengagetkan gue yang emeng lagi melamun, tapi mendengar kata-kata terakhirnya
itu gue gak terima.
“heh? loe yang
mesum, gue gak liat dada!”
“ihh Isal mesum”
“loe yang mesum”
“elo yang mesum”
“elo”
“eloooo”
Capek gue berdebat ,
gue memalingkan muka, nuri juga, kita berdua diem-dieman, nggak lama Nuri
tertawa dan berkata
“Isal mang dari dulu
gitu, gak mau kalah hha” mendengar itu gue gak bisa bilang apa-apa selain
tertawa juga.
Nggak terasa udah jam 11 berarti
udah 2 jam kita ngobrol dan ini waktunya untuk pamitan, satu persatu kami
keluar dari rumah Nuri dan gue yang terakhir, tapi pas gue beranjak pergi Nuri
berkata
“eh Sal?”
“iya?” kata gue
sambil berbalik
“gue masih inget kok
nikah-nikahan itu, dan kita belom cerai ya? Haha” kata Nuri tertawa.
Mendengar itu gue
cuman tertawa dan pergi, sejenak gue berbalik melihat Nuri tersenyum ke gue,
entah apa artinya hahaha
Pesan moral:
Parkir sekarang
bayarnya 2 ribu.
0 comments:
Posting Komentar