“CEEEEEEENG...
masih lama gak sih, lama amat dandannya”
“IYAAAA bentar..
lagi pakai jilbab ini” kata kemoceng setengah teriak dari lantai 2
Gue yang dibawah, emang udah biasa nungguin tuh kemoceng selagi
mau kekampus, oh iya bingung ye? , kemoceng itu panggilan gue ke Astuti
Muhammad Yunus ckck (maunya XD)
“ayo dah cepet”
kata gue melihat kemoceng turun dari tangga
“Ok”
“yaelah, dandan
segitu lama, lu kan jelek”
“ihh.. emang gue
jelek, tapi gue manissss kaaaan?” kemoceng senyum-senyum..
Mendengarnya gue langsung merinding sembari membuang muka kearah
lain lalu meringkik, idiih manis katanya..haduuuuuh emang iya sih manis..
hahahha
Barengan kekampus diperjalanan Kemoceng angkat bicara
“ Sal, ada demo
tuh depan kampus”
“iya, udah cuekin
aja, ntar sorean juga udah selese”
“iya sih, tapi
kan macet lagi”
“hmmm namanya
juga demo ceng!”
Akhir-akhir nie memang pada demo kenaikan BBM , bukan cuman kampus
gue doang tapi kampus-kampus yang lain juga dengan gencar-gencarnya berkoar
dijalan, ada banyak cerita, gue juga punya!
Hari itu tepatnya kemarin sore sehabis nonton anak himpunan bahasa
Inggris main voli, ada gue, Heri, Ghufran, Ibnu, DHU, Ulfah-Ulfah maria, Satria
(ini cewek ya! ), sama Kemoceng buluk, oea lupa si kecil LaKia dengan Hikmah
beserta penonton kubu lawan yang ikut juga nonton dan jelas gue gak tau namanya
siapa karena gue memang gak mau tau. Kita pulang semua. Azan magrib
berkumandang, saatnya sholat bukan? Tapi cuman tiga orang yang sholat di mesjid
kampus yang lain pada pulang, siapakah mereka.. itu adalah gue selaku pemeran
utama (emang siapa lagi?), Ibnu selaku (teman si pemeran utama) dan Heri selaku
pembantu si pemeran utama..(jelas)
Memang niat awalnya mau netap dikampus buat online gratis, maklum
para pengguna baru Android, mau memaksimalkan gadget tanpa ada uang sepeserpun
keluar, maka WiFi kampus lah solusinya, setelah sholat maghrib, segera kita
bertiga mengambil posisi di gedung A
lantai 3, gak jauh dari mesjid berada, dengan peralatan seadanya, bermodalkan
bangku yang bertebaran di depan kelas maka jadilah online gratisnya, diposisi
gue berada masih bisa mendengar teriakan mahasiswa didepan kampus, tapi gak
berlangsung lama, teriakannya makin mencekam, diselingi teriakan cewe-cewe
“AAAAAAaaah...AAAAAa uuuhhh yeaaa” (mungkin seperti itu), gue nengok kebawah,
para pendemo masuk kampus bertebaran, kenapa saudara-saudara?, kareana warga
yang notabene yang dibela mahasiswa berbalik menyerang melempar batu kearah
mahasiswa dari luar kampus, kenapa saudara-saudara?, karena gue gak tau.. tapi
menurut intuisi gue karena warga udah capek, capek kenapa? Capek jalannya
ditutup-tutupi, kenapa di tutup-tutupi?, karena pendemo memblokir jalan, kenapa
di blokir? Karena...karena...ammmm mungkin mahasiswa bosen berkoar, jadi maunya
main halang rintang aja, tapi lebih besar, mainnya dijalan raya..
“buseeet.. keren
bangeeeeet” kata gue kagum melihat manusia-manusia itu lari ketakutan kedalam
kampus “ ini kayak yang gue nonton di tipi-tipi, Huaahahahhahha” sambung gue,
“ etan lu, beginian
dibilang keren!” kata Heri sembari melihat ke bawah.
“ayodeh, pulang” ibnu
nimbrung
“bisa sih pulang, tapi
kepala loe numpang bocor pulang, hahahha” kata gue memojokkan “pulang gie”
sambung gue tertawa, iyalah, gue menyaksikan betapa beringasnya hawa membunuh
dibawah sana, bayangin aja batu segede tinju kena kepala loe, gak mati tuh..
gue juga gak abis pikir melukai orang meski punya salah, eh dibayarnya pake
nyawa!!
Intinya kita bertiga
terjebak dalam kampus... eh bukan, gak keren banget buat gue dibilang terjebak,
ammm emang iya sih terjebak, kita bertiga gak bisa pulang, cuman berharap pada
situasi menjadi baik kembali, masalahnya udah 3 jm lebih kita kejebak, masihkah
kita bertiga bertahan, mana ujan lagi.... diselingi kilat nan halilintar
menyambar mata gue sampe kelilipan, ternyata gue salah bukan cuman karena
halilintar yang gue denger tapi suara tembakan gas air mata, jelas kita yang
didalam kampus yang gak tahu menahu kena gasnya juga, ini udah bukan kelilipan
tapi udah nangis, ingus pada keluar-keluar, padahal gue gak lagi niat galau..
gue penasaran bahan gas air mata itu apa? Mungkin air mata dijadiin gas gitu?
Ato yang bikin gue nangis itu kegalauan, jadi polisi mengumpulkan orang-orang
galau trus disuruh nangis, mudah!!
Polisi bilang “PIKIRKAN MANTANMU!!” udah gak butuh lama, nangis dah yang
galau, yang bikin gue juga nangis itu.. bawang merah, mungkin bahannya dari
situ, bawang merah, biar lebih sedap, ditambahin merica, lombok, dan ayam
asli.. YA TUHAAN, mungkinkah bahannya ROYCO???
Udah jam 9 lebih, sms yang
menanyakan keadaan gue bermunculan, ada juga dari online social media, gua
terharu..hiks terima kasiih, meski ada juga sms yang nagih utang,
Bosen gue nunggu, apa
boleh buat, setidaknya gue ada action..
“pulang Yuuuk” ajak gue
bangkit
“ayooo, dari pada gak gerak
sama sekali” kata heri setuju,
“bisa sih pulang, tapi
kepala loe numpang bocor pulang..pulang mako!!!” ibnu echos kata-kata gue,
“ahh bukan saatnya stay in
the tempat ini, bener kata Heri, setidaknya kita ada action,”
mau gak mau ibnu ikut, gak maulah dia
ditinggal sendiri, diiringi suara tembakan, dan halilintar, suasana lantai tiga
jadi mencekam, apalagi dari tadi mati lampu, jelas banget penerangan jadi gak
ada, kami bertiga berjalan di gelapnya lorong kelas, pelaaan, hujan seakan tak
bersahabat meniupkan angin sehingga kami harus berhenti sejenak, kelam,gelap,
orang-orang berteriak, aku tertawa, HUAHAHHAHAHAHHA, entah maksudnya apa,
tegang, benar-benar tegang, sampai-sampai gue bisa mendengar jejak berat
langkah gue sendiri “TAK-TIK-TUK-TIK-TAK-TIK-TUK-TIK” (gue gak lagi nyanyi pak
kusir ya -_-), menuruni tangga, gue belum pernah turun tangga sampe setakut
itu, kami sudah sampai dilantai dasar, mencoba menyusuri lorong-lorong kelas
mendekati datangnya suara tembakan, ini bukan cari mati, cuman penasaran,yang
gue liat bukan seperti yang gue kira,
seperti teriakan kesakitan minta tolong dari para mahasiswa, malahan
olok-olokan “JIAHAHAHAHA ENGGAK KENA..ENGGAK KENA WEEEEE :p” idih buset gue
yang dari tadi tegangnya minta ampun, liat tingkah para pendemo jadi ngakak
“HADUUUH POLISI TAKUUUUT, KASIAAAAAN...MASAK AAER.. BIAR MATANG!!!!” dan
teriakan-teriakan lainnya, haduuuuh perut gue sakit liatnya, petualangan kami
bertiga belum selesai sampai bisa keluar dari kampus, keliling-keliling cari
jalan keluar, tujuan kami gerbang keluar depan, tapi lemparan batu dari arah
luar mengurung langkah kami untuk maju, ibnu dari tadi ngeluh mulu, heri juga
lamban, gue gak mau statis, langkah gue cepat mencari jalan keluar
sampai-sampai meninggalkan Heri dengan Ibnu dibelakang, akhirnya gue sendiri
mencari jalan keluar, situasi seperti ini gue lebih baik kembali kemesjid, jadi
gue kemesjid, observasi bentar, ternyata ada jalan disamping mesjid bagian
dalam buat keluar meski gue harus manjat pagar berkawat, tapi gak apalah,
sepatu gue yang kerendam lumpur udah gue gak peduliiin yang penting keluar, ya
ampun susah amat, tapi pada akhirnya gua keluar lewat gerbang masuk depan
sembari jalan tanpa dosa, ada polisi didepan ngumpet dibalik toko-toko depan
kampus, itu udah kayak di pilem-pilem ngumpetnya, sebenarnya gua mau ketawa
liat tingkahnya serius amat, lah yang didalam, mahasiswa main-main, tapi karena
situasi jadi gua tahan, tangan gue
masukin dalam saku celana dan berlalu, dalam hati gue lega, akhirnya gue
keluar, tapi tiba-tiba leher gue dirangkul dari belakang, trus diseret kembali
kearah kumpulan polisi “MATTI GUE”.. sadar gue diseret polisi,
“kamu dari dalam
kan? Sini kita periksa dulu tasmu,”
Dan Polisi yang lain
jemput gue “bagus! , gue mau digebukin”..jantung gue udah mau lompat, “ya
Allah, kalo memang itu jalannya, gua pasrah” saat itu gue memang udah pasrah, para
warga-warga ngerumunin gue, “GUE BUKAN MALIIING AYAAAAAM” teriak hati gue
nangis,
Gue diintrogasi sama polisi yang gedenya minta ampun, bukan badannya,
perutnya yang gue maksud, perawakan tinggi, dengan baju kotak-kotak, eh
jangan-jangan tukang bentor niiih.
“namamu siapa?”
suaranya tegas
“Ri...Riii..Risal
pak Risal Muhammad Yunus” perut gue mules saking tegangnya, gue lihat sekitar,
wartawan mencatat nama gue “DAMN” tamat gue, bener-bener tamat, besok udah
terbit koran dengan foto keren gue sebagai halaman utama.
“alamat?”
Mampus!!, kalo sampe kakak gue dirumah tau kalo gue kayak gini,
bisa-bisa gue di berhentiin kuliah.
“anu pak’ di
manuruki..bagian dalam”
“nomor?”
“20 pak’ ”
“asrama apa?”
“bukan asrama
pak’..pondokan..pondok harapan” dalam hati gue cekikikan, sorry pak’ I’m on
deffensive mode ckck..wajarlah kalo bo’ong, tapi semua itu belum berakhir,
“kartu mahasiswa,
kartu mana?”
“ohh, dalam tas
pak,” gue menoleh kearah tas gue yang lagi diobok-obok sama polisi lainnya,
buat apa juga diperiksa, gue gak sebego itu bawa batu dalam tas, dan keluar
dengan gagahnya..haduuuh,
“iniiiih kartu
mahasiswa gue pak’ ” gue kasi, sembari pak polisi ngeliat kartu mahasiswa gue,
dalam hati gue mikir, ini pak polisi bego ato gimana, udah tau gelap, masih aja
diliatin dengan seksama, pura-pura cerdas lagi balikinnya “ini pak’ eh dek’ kartunya”
Tiba-tiba aja ada intruksi lagi,
“eh kamu, menghadap kesini!”
“ohh mau difoto,
tunggu dulu pak’” refleks gue perbaikin rambut, sedetik baru gue sadar, buat
apa juga gue perbaikin rambut kalo tetep fotonya dijadiin tersangka pendemo.
“iya,
menghadap kesini” dan pak polisi motret gue
“ehhh jangan mereeem” sambung pak polisi, terlihat gak puas dengan hasil
fotonya, dan gue difoto lagi, bukan cuman satu kamera tapi banyak, wartawan jepret
sana jepret sini, gue mau nangiis -_-“’
“dibilang jangan
mereeeemmm” kembali tak puas.
“abis silau pak’
” jawab gue sekenanya,
“IYA TAHAN KALO
GITU,” buset gue dibentak, gue mencoba untuk menatap silaunya flash itu.
“ya ampuuun,
jangan merem adeeeeeek” kata pak polisi sembari ngegosok-gosok keningnya,
“aduh pak’ mata
gue memang kayak gini pak’..sipit“
“yaudah kalo
gitu, eh kamu orang mana? Kenapa logatmu kayak orang jawa disana”
Males gue jawabnya, gue diemin aja -_-
Tiba-tiba Bukan sulap, bukan sihir, “BUUKH” ada yang ngelempar
batu ke arah gue, untung aja kena orang disamping gue, bener-bener untung..
kasian dia yang kena, kasian... terima kasih telah melindungiku wahai orang
asing, dan orang yang ngelempar gak tau dari mana asalnya, ya ampun serem
bener, nyawa gue terancam..
“nah Risal, besok..saya..tidak...mau..melihat...kamu..disini..lagi..kalo..saya..melihat
kamu lagi disini..saya akan membawamu ke kantor polisi!!” kata pak polisi
tegas.
“lah pak, saya
kan mau kuliah pak” jawab gue,
“IYA, SAMPAI
KEADAAN MEMBAIK GOBLOK”
“JLEB...” gue diem
“mengerti?”
“siap pak’ eh
mengerti pak,”
“nah, sekarang
kamu pulang”
“iya pak’ terima
kasih” bego, kenapa juga gue mesti berterima kasih, dan gue pun berjalan pulang
dengan menunduk, takut ada yang ngelempar kearah gue lagi,
Diperjalanan gue kepikiran Heri sama Ibnu, keadaan mereka gimana
ya, berhasil keluar kah?, tapi perasaan gue masih tertekan, barulah sampai
rumah, gue duduk bentar buat menenangkan perasaan...
“Ceeeeng, gue
didepan nih” sms gue ke Tuti,
“masuk aja”
Gue mencoba bangkit dan menggapai grendel pintu, tapi gak kebuka..
“ceeeng, kekunci
niiih, bukaaiiiin”
Agak lama barulah kemoceng keluar, dengan yang lainnya, perasaan
gue masih kacau, mereka pake sorot-sorotin lampu hape ke muka gue yang terduduk
lesu, iya kan mati lampu, tapi gue masih trauma dengan yang silau-silau..
“jangan
disorot..trauma gue”
“emang loe habis
diapain? Tanya kemoceng,
Gue ceritain sekedarnya, untuk memuaskan rasa ingin tahunya,
kemoceng pasti khawatir..ckckck
Hari itu bener-bener
berat.. malam itu gue bermalam dirumah Ghufran, dan tertidur seakan tidak
terjadi apa-apa.
Gue tau setiap kejadian ada hikmahnya,
cuman saat itu, disana Hikmah lagi nggak ada -_-